KONTEN DILINDUNGI HAK CIPTA. DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGEDIT DAN MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH HALAMAN SITUS INI TANPA IJIN.

Cari Artikel

MENANG DENGAN MENGALAH (3)

“Baiklah,” salah satu dari mereka berbicara dengan nada yang sangat tidak sopan, “Jangan cuma berdiri disana saja seolah kau bisu dan tuli. Kau tahu apa yang kami inginkan. Katakanlah sesuatu! Misalnya, ‘Selamat malam, tuan’ dan beritahu kami betapa indahnya hari ini. Jangan buang waktu kami anak kecil, atau kau akan menyesal. Aku bersungguh-sungguh dengan hal itu.”

Semakin mereka marah, aku justru semakin merasa tenang. Melihat cara orang yang berbicara padaku mengepalkan tangannya, aku tahu dia bukanlah orang karate. Sedangkan orang satunya yang memegang tongkat pemukul jelas-jelas seorang amatir.
Aku menjawab pelan, “Apa kalian tidak salah orang. Mengira aku sebagai orang lain? Pasti ada salah paham. Kurasa jika kita membicarakannya...”

“Ah, diam kau, dasar udang kecil! Orang yang membawa pentungan itu geram, “Kau pikir sedang apa kita disini? Melawan dua orang seperti ini, tapi nasihatku untukmu sudah jelas. Tidak usah melawan. Kurasa itu tidak akan bagus untukmu, karena.....”

Orang kedua sekarang mengangkat pentungan berat yang dibawanya dari tadi.

Aku menjawab dengan cepat, “Karena jika aku belum tentu menang, aku tidak akan berkelahi. Aku tahu pasti kalah. Jadi untuk apa aku melawan. Bukankah itu masuk akal?

Setelah mendengar ucapanku itu, keduanya terlihat sedikit tenang. “Baiklah”, kata salah satu dari mereka, “Kelihatannya kau tidak ingin berkelahi. Kalau begitu berikan uangmu.”

“Aku tidak punya uang” Aku menjawab sambil menunjukkan pada mereka kantongku yang kosong.

“Kalau begitu berikan rokok saja!”

“Aku tidak merokok. Yang aku punya sekarang cuma beberapa manju. Kue ini kubawa untuk persembahan di altar rumah orang tua istriku.”
“Ini. Terimalah ini saja.” Aku berkata pada mereka.

“Hanya manju!” Nada suara mereka terdengar meremehkan. “Yah, lebih baik daripada tidak ada sama sekali.”

Seraya mengambil kue itu salah satu dari mereka berkata, “Pergilah segera, udang. Dan hati-hatilah karena jalanan ini berbahaya.” Setelah itu merekapun menghilang di balik pepohonan.

Beberapa hari kemudian aku bertemu dengan Azato dan Itosu, dan ditengah obrolan kuceritakan pada mereka kejadian tempo hari. Yang pertama memujiku adalah Master Itosu yang mengatakan bahwa aku telah bertindak dengan sangat pantas. Dia juga berkata jika waktu yang telah dihabiskannya untuk mengajariku karate tidaklah sia-sia.

Azato tersenyum sambil bertanya padaku, “Tapi, karena kau sudah tidak punya lagi kue manju, apa yang kau persembahkan di altar ayah mertuamu?”

Aku menjawab, “Karena sudah tidak punya apa-apa lagi, aku mempersembahkan sebuah doa yang tulus.”

“Ah, bagus, bagus!” begitu ucapnya. “Benar, selamat! Itulah semangat sejati dari karate. Sekarang kau mulai paham apa artinya.”

Kucoba menahan rasa banggaku. Walaupun kedua master ini tidak pernah memuji setiap kata yang aku kerjakan saat latihan, mereka memujiku sekarang. Dan bercampur dengan rasa bangga menjadi sebuah kegembiraan. (Tamat - Indoshotokan)

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-Do: My Way of Life” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dengan judul aslinya “Win by Losing”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.

MENANG DENGAN MENGALAH (2)

Belum sempat seorangpun menjawab, kami berpapasan dengan sekelompok orang yang kelihatannya sedikit mabuk. Mereka menyanyi dengan gaduhnya ketika melalui tempat itu. Saat cukup dekat dan tahu sedang ada keributan, mereka mulai berteriak gembira karena mungkin bisa menonton perkelahian yang seru. Tapi salah satu dari mereka kemudian mengenali pemimpin kami.

“Anda Master Itosu, bukan? Dia berteriak. “Ini benar Anda, bukan? Tentu saja! Sedang ada masalah apa?” Dia lantas memutar tubuhnya menghadap ke kelompok yang akan menyerang kami.
“Apa kalian sudah gila?” dia berkata.
“Apa kalian tidak tahu siapa orang-orang ini? Itu adalah Itosu, sang master karate bersama murid-muridnya. Bahkan sepuluh atau dua puluh orang dari kalian belum tentu sanggup mengalahkan mereka semua. Sebaiknya kalian minta maaf dan lebih baik lakukanlah sekarang!”

Kenyataannya, tidak ada yang meminta maaf. Tapi untuk sesaat kelompok itu saling bergumam dengan temannya sebelum akhirnya menyingkir dengan tenang di kegelapan malam. Kemudian Itosu memberi perintah lain yang menurut kami agak aneh. Bukannya meneruskan lewat jalan yang seharusnya, dia memerintahkan kami untuk mengulangi perjalanan kembali ke Shuri melewati jalan yang lebih jauh. Sampai kami tiba di rumahnya, dia tidak berkata apapun tentang kejadian yang barusan kami alami. Dia lantas menyuruh kami berjanji untuk membicarakannya.

“Kalian sudah melakukan pekerjaan yang bagus malam ini, anak-anak.” Dia berkata. “Aku tidak ragu lagi kalian sudah menjadi karateka yang hebat. Tapi jangan menceritakan kejadian malam ini pada siapapun! Tidak seorangpun, kalian paham?”

Belakangan aku melihat anggota dari kelompok itu dengan wajah sedikit malu datang ke rumah Itosu untuk meminta maaf. Ternyata orang-orang yang tempo hari kami kira preman dan pencuri itu adalah Sanka – orang yang bekerja menyuling minuman keras Okinawa bernama Awamori. Mereka memang agak ribut, orang-orangnya keras dan kasar, bangga dengan kekuatan fisiknya. Mereka malam itu telah memilih kami sebagai sasaran untuk menguji kehebatan mereka.

Saat itu aku baru tahu betapa pandainya Master Itosu dengan menyuruh kami pulang ke Shuri melewati jalan berbeda demi menghindari pertikaian yang lebih banyak. Aku berpikir tentang arti dari karate. Aku merasa malu saat menyadari tempo hari akan menggunakan kemampuan dan kekuatanku melawan orang-orang yang tidak terlatih.

Kejadian kedua, yang sedikit mirip dengan yang pertama, berakhir dengan lebih memuaskan. Namun begitu, pertama-tama aku ingin menceritakan tentang keluarga istriku. Selama bertahun-tahun mereka telah bereksperimen dengan tanaman kentang manis, mencoba untuk mengubahnya menjadi makanan yang lebih baik. Mereka sebelumnya cukup makmur, tapi datangnya Restorasi Meiji telah membuat masa-masa menjadi sulit. Mereka lalu pindah ke sebuah desa pertanian kecil bernama Mawashi yang jauhnya dua setengah mil dari Naha.

Ayah dari istriku adalah pengikut partai garis keras dan itu membuat tingkah lakunya aneh. Ketika cuaca sedang cerah dia berada di ladang; dan ketika hujan dia berada di rumah sambil membaca; dan hanya itulah yang dikerjakannya.

Istriku sangat sayang pada ayahnya. Pada suatu festival dia pergi lebih awal dengan anak-anak demi mengunjunginya. Sore itu aku pergi meninggalkan desa, karena aku tidak ingin anak dan istriku berjalan sendirian didalam gelap.

Jalanan yang sepi menuju Mawashi harus dilalui menembus hutan cemara yang tebal. Dalam cahaya senja yang sudah memudar, aku dibuat cukup kaget ketika dua laki-laki tiba-tiba melompat dari rerimbunan pohon dan menghalangi jalanku. Seperti penjahat pada umumnya, mereka menutupi wajah dengan handuk. Itu sekaligus sudah menunjukkan bahwa mereka sengaja ingin membuat takut orang lain yang melintas. (Bersambung – Indoshotokan)

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-Do: My Way of Life” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dengan judul aslinya “Win by Losing”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.

REVIEW J-GAMES: DMC: DEVIL MAY CRY


Sejak dirilis pertama kali tahun 2001 silam, serial Devil May Cry menjadi mesin pencetak uang bagi Capcom. Petualangan Dante sang pemburu iblis dengan gayanya yang cool menjadi tren baru dalam genre hack‘n’slash. Bahkan Devil May Cry 4 yang muncul tahun 2008 mendapatkan nilai sempurna dari sebuah majalah game terkemuka di Jepang yaitu Famitsu. Dante memang tidak lagi urakan seperti game ketiganya. Dia kelihatan lebih berumur dan kharismatik, tapi jurusnya lebih berbahaya dari semua game sebelumnya. Lima tahun sejak sukses Devil May Cry 4, Capcom ingin memberikan sesuatu yang berbeda untuk penggemarnya. Mereka me-reboot atau me-restart ulang cerita permainan. Yang menangani versi reboot adalah Ninja Theory, developer asal Inggris yang sebelumnya membuat Heavenly Sword. Hasilnya adalah DmC: Devil May Cry yang dirilis bulan Januari 2013 untuk Windows, Playstation 3 dan Xbox 360.

Di sebuah kota modern bernama Limbo City, para iblis menguasai dari balik layar dan diam-diam memperdaya manusia dengan memberikan mereka hidup yang nyaman. Hidup di daerah pinggiran yang kumuh, Dante adalah seorang remaja pemberontak. Karena perbuatannya Dante menjadi target buruan pemerintah yang menganggapnya musuh berbahaya. Berbeda dengan sebelumnya, Dante disini adalah seorang Nephilim karena ayahnya adalah iblis dan ibunya adalah malaikat. Tapi Dante tidak pernah mengetahui masa lalunya karena ingatannya terhapus sejak ibunya dibunuh oleh Mundus, sang raja iblis. Dante bisa bertahan hidup karena selain bukan manusia, ayahnya juga mewariskan sebuah pedang yang kuat yaitu Rebellion.


Dante mulai mendapatkan gambaran masa lalunya setelah bertemu dengan gadis bernama Kat yang bergabung dengan organisasi “The Order”. Misi organisasi rahasia ini adalah membebaskan manusia dari perangkap iblis. Dante juga mendapati bahwa pemimpin dari The Order ternyata saudara kembarnya sendiri yaitu Vergil. Belakangan terkuak jika ayah mereka yaitu Sparda adalah pemimpin pasukan iblis Mundus ketika perang melawan malaikat. Tapi Sparda mengkhianati Mundus dan jatuh cinta pada Eva. Ketika Dante dan Vergil masih anak-anak tiba-tiba Mundus menyerang mereka. Eva terbunuh dan demi menyelamatkan kedua anaknya, Sparda menghapus ingatan mereka. Mundus yang murka lalu memenjarakan dan menyiksa Sparda. Dante memutuskan membantu Vergil membunuh Mundus karena hanya Nephilim sajalah yang bisa membunuh sang raja iblis.

Gameplay dalam DmC: Devil May Cry masih sama dengan game originalnya. Dante menggunakan pedang Rebellion untuk pertarungan jarak dekat dan dua pistol Ebony Ivory untuk jarak jauh. Kini pemain tidak perlu kesulitan mengeluarkan jurus-jurus Dante karena semuanya dibuat lebih mudah. Yang baru adalah Dante kini bisa memilih antara Angel Mode atau Devil Mode. Dalam Angel Mode pedang Dante akan berubah menjadi sebuah scythe yang sangat cepat gerakannya. Dante juga bisa terbang sesaat dan membuatnya mendekati musuh yang dipilih. Sebaliknya, dalam Devil Mode pedang Dante berubah menjadi arbiter, sebuah kapak raksasa yang lambat tapi powerful. Dante juga bisa menarik musuh atau objek tertentu untuk didekatkan.


Ranking pemain ditentukan dari combo yang dilakukan. Semakin stylish dan gila-gilaan maka ranking juga makin tinggi. Dante juga bisa mengaktifkan Devil Trigger, dimana dia akan berubah wujud dan menjadi lebih berbahaya. Saat Devil Trigger aktif, Dante akan membuat musuhnya melayang di udara. Pemain bisa lebih leluasa menghajar musuh karena mereka tidak bisa melawan. Tapi jika musuh kembali menyentuh tanah mereka bisa menyerang Dante meskipun Devil Trigger masih aktif. Walau animasinya keren, wujud Devil Trigger Dante disini masih kalah sangar dengan game sebelumnya. Sama seperti game sebelumnya, Dante bisa mengumpulkan soul untuk mengupgrade semua kemampuannya.

Bagi penggila game action tingkat kesulitan adalah tantangan tersendiri. Dalam DmC: Devil May Cry mode tersulit adalah Dante Must Die. Sayang sekali mode Legendary Dark Knight harus absen. Mungkin karena Ninja Theory menyesuaikan dengan alur cerita dimana Dante belum menjadi seorang pemburu iblis. Bagaimana dengan Bloody Palace? Di dua game sebelumnya mode spesial itu otomatis dibuka jika pemain menamatkan permainan. Nah, dalam DmC: Devil May Cry mode Bloody Palace tersedia sebagai DLC. Sayang sekali memang, karena pemain harus membayar lagi untuk mode permainan yang sebelumnya gratis.


DmC: Devil May Cry sebetulnya tidak mengecewakan. Tapi karakter dan gamenya yang dibuat kebarat-baratan mungkin membuat fans sedikit kecewa. Masih ada lagi, game ini diberi rating dewasa. Kini pemain akan sering mendengar Dante atau musuhnya mengejek, mengumpat dengan bahasa yang sangat kasar. Beberapa adegan juga kurang pas jika ditonton pemain dibawah umur. Ada yang kurang? Barangkali link download? Jangan khawatir, Indoshotokan akan berbagi game yang keren ini. Dapatkan linknya disini, tapi sebelumnya pastikan sobat punya koneksi yang cepat karena game ini lumayan besar. Selamat memburu iblis (Indoshotokan)

MENANG DENGAN MENGALAH (1)

Aku ingin mengingat kembali dua kejadian yang mungkin, bisa membantu para pembaca sekalian untuk memahami inti dari karate-do. Kedua peristiwa itu terjadi bertahun-tahun yang lalu di pedesaan Okinawa. Dan keduanya menunjukkan bagaimana seseorang bisa menang dengan cara mengalah.

Kejadian pertama terjadi di jalan sebelah barat daya Istana Shuri yang arahnya ke bekas vila gubernur yang diujungnya berdiri rumah untuk minum teh bergaya Nara kuno. Dengan pemandangan mengarah ke Samudera Pasifik, setelah seharian bekerja gubernur biasanya akan datang kemari untuk bersantai bersama anak dan istrinya.

Jarak dari Shuri satu mil lebih sedikit, dan jalannya dilapisi batu dengan pohon-pohon cemara yang tinggi megah berbaris di sepanjang sisinya. Di luar vila itu sudah terbuka untuk umum dan bukan lagi bagian dari rumah pribadi sang gubernur. Pernah suatu malam aku bersama Master Itosu dan setengah lusin karateka pergi kesana untuk pesta melihat bulan. Kelompok kami berkumpul menjadi satu. Kami sampai lupa waktu dan hingga larut malam bicara tentang karate sambil membaca syair.

Akhirnya kami memutuskan sudah benar-benar waktunya untuk pulang dan bersama-sama menuju ke Shuri melalui jalanan yang ditumbuhi pepohonan cemara itu. Bulan sekarang sudah tertutup kabut tebal dan anak-anak yang lebih muda membawa lentera untuk menerangi jalan bagi para guru. Tiba-tiba pemimpin kelompok kami berteriak bahwa kami semua harus memadamkan lentera. Kami melakukannya karena tahu akan diserang. Jumlah penyerang kelihatannya sama dengan jumlah kelompok kami. Sehingga jika dilihat dari sudut pandang itu kami sebenarnya seimbang. Kecuali jika mereka juga pandai karate, maka mereka ditakdirkan untuk kalah memalukan. Malam itu sangat gelap hingga kami sulit melihat wajah siapapun.

Aku menunggu perintah Itosu, tapi dia hanya berkata, “berdirilah dengan punggung kalian menghadap ke bulan! Punggung kalian menghadap ke bulan!” Aku cukup terkejut karena sebelumnya aku yakin guru kami akan memberi kesempatan untuk menunjukkan karate kami. Dan tentu saja kami semua lebih dari sekedar siap mengatasi gerombolan penjahat ini. Tapi Itosu hanya menyuruh kami menghadapkan punggung ke arah bulan! Benar-benar tidak masuk akal.

Setelah beberapa saat, dia berbisik ke telingaku, “Funakoshi, kenapa tidak kau coba pergi kesana dan bicara dengan mereka? Mereka mungkin saja bukan orang-orang jahat. Dan jika kau katakan aku ada dalam kelompok ini, mungkin mereka akan berubah pikiran.”

Aku menerima perintah itu dan mulai berjalan mendekati gerombolan yang sedang menunggu itu. “Salah satu dari mereka datang!” Kudengar seseorang berteriak. “Satu dari mereka datang! Bersiap!” Atmosfernya kian terasa dan itu adalah awal dari mulainya sebuah pertarungan besar-besaran.

Ketika mendekat aku bisa melihat calon penyerang kami menutupi semua wajahnya dengan handuk. Sehingga mustahil untuk mengenali mereka. Seperti yang diperintahkan, aku berkata pada mereka dengan sopan jika Master Itosu ada dalam rombongan dan kami semua adalah muridnya. Aku menambahkan dengan berkata pelan pada mereka, “Mungkin kalian salah orang.”

“Itosu? Siapa dia? Salah satu dari mereka menggerutu. Aku tidak tahu siapa dia!”
Sementara yang lain begitu melihat tubuhku yang pendek lantas berteriak, “Hei, kau cuma anak-anak! Apa yang kau lakukan dengan ikut campur urusan orang dewasa! Cepat minggir sana!”
Dan bersamaan dengan itu dia menarik bajuku.

Aku menurunkan pinggulku ke kuda-kuda karate. Tapi bersamaan dengan itu kudengar suara Itosu: “Jangan bertarung, Funakoshi! Dengarkan apa yang mereka katakan. Bicaralah pada mereka.”
“Baiklah,” Aku berkata pada laki-laki di depanku, “Katakanlah, kenapa kau ingin melawan kami?” (Bersambung – Indoshotokan)

Artikel ini dikutip dan diterjemahkan dari buku “Karate-Do: My Way of Life” yang ditulis oleh Gichin Funakoshi dengan judul aslinya “Win by Losing”. Editing dan alih bahasa oleh Bachtiar Effendi.

REVIEW GAME DOUJIN #39: YOUYOU KENGEKI MUSOU

Membawa dunia fantasi Gensokyo yang indah menjadi nyata tampaknya memang bukan hal gampang. Walau nama besar Touhou sudah 20 tahun merajai dunia game doujin, belum ada developer yang bisa melakukannya. Tapi untunglah, ada developer indie bernama Ankakesupa yang berhasil membuat terkesan pecinta serial Touhou. Mereka merilis sebuah game aksi berjudul Youyou Kengeki Musou yang hadir dalam format 3D penuh. Youyou Kengeki Musou diklaim sebagai salah satu game Touhou terbaik yang pernah ada. Ingin menjelajahi penjuru Gensokyo dengan resolusi tinggi 1080p? Mainkan saja Youyou Kengeki Musou.

Youmu Konpaku, tukang kebun di Hakugyokurou, merasa cemas karena tuannya Yuyuko Saigyouji tidak datang berlatih pedang dengannya. Yuyuko dari awal memang tidak berminat pada ilmu pedang, tapi dia tidak pernah absen. Ketika Youmu mendatanginya, Yuyuko menjawab permintaan Youmu dengan sebuah tantangan. Dia akan kembali berlatih bersama Youmu dengan satu syarat; Youmu bisa mengalahkan Reimu Hakurei. Walaupun sadar dia tidak mungkin bisa mengalahkan Reimu dengan kondisinya sekarang, Youmu tetap berangkat ke kuil Hakurei demi menjawab tantangan itu.

Youyou Kengeki Musou (berarti: Mimpi Permainan Pedang Cepat) adalah sebuah game aksi yang mirip dengan serial Ys. Bagi sobat yang belum tahu, Ys adalah game RPG aksi buatan Nihon Falcom dengan gaya hack and slash. Nah, gameplay dalam Youyou Kengeki Musou kurang lebih sama. Sebagai Youmu pemain menebas musuh-musuh kecil (kebanyakan peri dan jamur), menghindari rintangan dan melawan boss musuh di akshir stage. Sepanjang permainan ada beberapa save points, sehingga pemain tidak perlu cemas mengulang dari awal. Tapi untuk melakukan save pemain sebaiknya menyelesaikan stage yang sedang dimainkan.

http://i.imgur.com/GsR4M.jpg

Apa saja kemampuan Youmu? Pertama, Youmu punya serangan standar berupa tebasan pedang berkekuatan sedang. Kedua, adalah 3 jenis serangan spesial yang lebih kuat dari serangan biasa, tapi membutuhkan energi orb. Pemain tidak perlu pusing memikirkan cara mengisinya karena energi ini akan terisi sendiri perlahan-lahan. Ketiga, Youmu bisa melompat. Aneh ya? Tunggu dulu, melompat mungkin biasa saja di sebuah game aksi. Tapi di Youyou Kengeki Musou melompat adalah jurus yang ampuh. Beberapa level butuh kemampuan melompat dengan timing yang tepat. Melompat juga dibutuhkan untuk membuka area tertentu dengan imbalan item rahasia atau bonus dibaliknya. Ketika melawan boss, lompatan Youmu juga bisa dipakai untuk menghindar.

Pertarungan melawan boss menjadi bagian paling menarik. Disini Youmu berhadapan satu lawan satu dengan karakter Touhou lainnya. Serangan danmaku atau peluru berhamburan yang sudah menjadi ikon Touhou tidak ketinggalan. Beberapa pola danmaku bahkan diadaptasi dari serial aslinya. Misalnya ketika pemain melawan Cirno, dia akan mengeluarkan pola danmaku yang sama persis di game Touhou Koumakyou. Peluru musuh bisa dihindari dengan melompat atau lari, tapi pemain juga bisa memantulkan peluru dengan pedang. Tapi waspadalah karena serangan danmaku musuh tidak ada habisnya. Pandai-pandailah menghindar dan dekati musuh begitu ada celah.

http://i.imgur.com/czNmB.jpg

Dunia dalam Youyou Kengeki Musou sangat luas dan banyak area tersembunyi. Area yang ada bercabang dan menantang pemain untuk menjelajahinya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, grafis yang tajam adalah kelebihan dari game ini. Kualitas grafisnya setara dengan game komersial buatan developer besar. Semua elemen digambar dengan sangat detil. Dari rumput dan bunga yang diatasnya ada kupu-kupu, misalnya, digambarkan dengan begitu hidup dan detil. Pencahayaan yang bagus juga terlihat pada percikan air, sinar matahari, kunang-kunang, dsb. Pemain dijamin tidak cepat bosan berpetualang ditemani pemandangan yang memanjakan mata.

Tingkat kesulitan permainan cukup mudah. Tapi jika pemain ingin tantangan lebih cobalah level hard. Youyou Kengeki Musou mungkin sedikit repetitif, tapi tidak jadi soal karena gamenya tetap asyik dimainkan. Sobat bisa mengunjungi situs resmi developernya disini atau langsung mengunduh gamenya disini.(Indoshotokan)

THE BULL FIGHTER: KISAH MASUTATSU OYAMA (3)

Bukan cuma belajar karate Shotokan dan mekanik pesawat terbang, Choi Young Eui juga mengambil nama Jepang untuk dirinya yaitu Masutatsu Oyama. Nama ini adalah alih bahasa Korea untuk “Baedal”, sebuah istana kuno di Korea. Nama Masutatsu Oyama sendiri berarti Gunung yang Besar. Tapi teman-temannya sering menyebutnya dengan Mas Oyama. Bukan tanpa alasan Choi Young Eui mengganti namanya. Bagi orang Jepang yang saat itu sedang ultra-nasionalis, mengetahui ada orang asing di wilayahnya adalah hal yang tidak nyaman.

Saat itu adalah sekitar tahun 1937 dan Jepang sedang berperang sengit melawan Tiongkok. Kebanyakan dojo karate milik Funakoshi tak ubahnya seperti kamp perang. Sebelumnya ada tiga dojo bela diri yang dilirik pemerintah; Goju-ryu, Shotokan dan Aikido. Pemerintah Jepang tertarik merekrut murid dari dojo milik Funakoshi karena dipandang lebih efektif di medan perang. Akibatnya latihan di dojo menjadi lebih keras dan melelahkan dari biasanya. Kumite dojo lebih condong ke bela diri yang kasar dan berdarah. Murid yang terpilih akan diberangkatkan sebagai prajurit. Oyama sebetulnya juga akan dikirim perang, tapi ternyata perang sudah lebih dulu berakhir tahun 1945.


MASA SULIT PASCA PERANG DUNIA II

Di masa-masa itulah Oyama bertemu dengan So Nei Chu, orang Korea lainnya yang juga tengah berada di Jepang. So Nei Chu adalah murid senior dari Chojun Miyagi, pendiri karate Goju-ryu. Lewat So Nei Chu, Oyama berkenalan dengan gaya Goju dan berlatih bersamanya beberapa tahun kemudian. Karena berasal dari propinsi yang sama, Oyama dan So Nei Chu berteman baik. Korea telah dikuasai oleh Jepang tahun 1910, dan pasca perang tahun 1945 kubu Korea Selatan dan Utara terlibat konflik ideologi. Oyama lalu bergabung dengan organisasi penyatuan Korea di Jepang. Tapi karena perbuatannya itu Oyama justru dihina dan menjadi target dari polisi Jepang karena dianggap mengikuti gerakan separatis.

Jepang yang kalah perang membuat wilayahnya dimasuki pasukan sekutu. Di Tokyo saat itu banyak polisi militer Amerika yang berseliweran disana-sini mencari wanita. Ada memang wanita yang sengaja menyerahkan dirinya pada pasukan penakluk itu. Tetapi sebagian besar sudah pasti menolak. Tidak jarang para pasukan sekutu itu menggoda dan mengganggu wanita. Jika Oyama kebetulan ada di tempat itu dia langsung menghajar mereka. Kemarahan Oyama juga dipicu kematian teman-temannya akibat perang. Bila dia sudah terjun dalam perkelahian, maka hanya polisi militer Jepang sajalah yang bisa melerainya.


Kadang-kadang pasukan sekutu yang lewat di sebuah kedai akan langsung mencomot makanan begitu saja tanpa membayar. Pemilik kedai terlalu takut untuk melawan. Di sebelah selatan Tokyo memang banyak kedai-kedai kecil dan Oyama sering terlihat disana di waktu malam. Walau pasukan sekutu itu membawa senjata api tapi tidak menggetarkan nyali Oyama. Manakala meletus kerusuhan, sudah pasti Oyama ada di tengah-tengahnya.

“Aku telah kehilangan begitu banyak teman selama perang. Di pagi hari saat mereka berangkat sebagai pilot Kamikaze (admin: bunuh diri), kami sarapan bersama dan di sore harinya bangku mereka telah kosong. Setelah perang berakhir, aku sangat marah. Karena itu aku berkelahi dengan pasukan Amerika sebanyak yang aku bisa, sampai fotoku ada di semua kantor polisi.”

Bagi sebagian orang, sosok Oyama adalah superman timur. Tapi bagi polisi dia tidak lebih dari sekedar pembuat onar. Beberapa teman Oyama yang masih hidup menasihatinya agar menyingkir saja dari kota itu jika masih ingin hidup lebih lama. Polisi yang sudah hafal dengannya selalu mempersulit urusannya. Belum lagi pasukan sekutu yang selalu mengincar dan ingin membunuhnya. Tubuh Oyama sudah banyak luka bekas sayatan pisau dan pedang Jepang hadiah dari perkelahian. Sudah tentu Oyama tidak ingin menambahnya dengan lubang dari peluru. Di tengah kebimbangan itu Oyama kembali pada gurunya, So Nei Chu. Oyama lalu dinasihati agar menyingkir untuk sementara waktu ke Yamanashi sampai semuanya kembali tenang. (Bersambung – Indoshotokan)

REVIEW J-MOVIE: BAKUMAN

Remaja SMU biasanya punya impian yang besar, dan di Jepang salah satu impian yang banyak digandrungi remajanya adalah menjadi (mangaka) seniman manga yang sukses. Imbalan untuk sebuah judul manga yang terbit di majalah nasional atau dijual dalam bentuk buku sangat menggiurkan. Belum lagi fans berat yang rela antri demi berfoto atau mendapat tanda tangan dari sang mangaka adalah kepuasan yang tak ternilai. Sementara itu ada editor penerbit yang rela memohon pada si mangaka agar mau membuat karya berikutnya. Pendeknya, menjadi seorang mangaka sungguh pekerjaan yang menyenangkan.

Tapi itu tidak berlaku untuk Mashiro Moritaka (diperankan Takeru Satoh). Paman Mashiro adalah seorang mangaka yang sedang berjuang untuk sukses. Ketika karyanya akhirnya diterbitkan dalam Weekly Shonen Jump (majalah manga terbesar di Jepang), paman Mashiro meninggal dunia tidak lama kemudian karena bekerja ekstra keras. Hal inilah yang membuat Mashiro terpukul dan enggan mengikuti jejaknya menjadi mangaka. Dia lebih memilih bekerja kantoran di perusahaan besar selepas SMU dan lulus dari universitas. Padahal sebenarnya Mashiro mempunyai bakat untuk mengikuti jejak pamannya.


Bakat Mashiro itu diketahui oleh teman sekelasnya, Akito Takagi (diperankan Ryunosuke Kamiki), yang secara tidak sengaja melihat hasil corat-coret Mashiro di bukunya. Akito adalah orang yang pandai bercerita. Dia lalu mengajak Mashiro bekerja sama demi satu tujuan; menggoncang dunia mangaka profesional Jepang dengan terjun didalamnya. Caranya? Mashiro menjadi ilustrator, sedangkan Akito menjadi penulis naskah. Mendengar hal itu jelas saja Mashiro menolak dan kemudian menghindar. Tapi Akito tidak putus asa, dan mengejar Mashiro sampai mereka berdua bertemu dengan Miho Azuki.

Miho adalah gadis yang disukai oleh Mashiro. Mimpinya adalah menjadi seorang seiyuu (pengisi suara) profesional. Akito bercerita pada Miho bahwa dia dan Mashiro bercita-cita manjadi seniman manga. Akito juga bercerita jika karya mereka diadaptasi menjadi sebuah manga, akan lebih sempurna jika Miho menjadi tokoh utamanya. Mashiro yang mendadak bersemangat berkata pada Miho bahwa mereka akan menjadi mangaka sukses jika Miho mau menikah dengannya. Miho yang malu dan sedikit bingung, mengaku jika diapun menyukai Mashiro. Miho bersedia menunggu Mashiro yang bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya itu. Seakan mendapatkan energi luar biasa, sejak hari itu Mashiro dan Akito berjuang keras membuat manga demi mencapai satu tujuan: Weekly Shonen Jump. Berhasilkah usahanya?


Bakuman adalah sebuah live action adaptasi dari serial manga populer berjudul sama karya Takeshi Obata dan Tsugumi Ohba. Bagi sobat pecinta manga pastinya sudah tidak asing lagi dengan keduanya. Benar, mereka adalah tim kreatif dibalik manga Death Note. Di versi manganya Bakuman terdiri dari 176 chapter dan terbit di Weekly Shonen Jump sejak 2008 sampai 2012. Tiga season animenya juga sempat dibuat dan baru berakhir 2013 lalu. Sedangkan untuk versi live actionnya tayang di bioskop Jepang 3 Oktober 2015. Takeru Satoh dan Ryunosuke Kamiki yang sebelumnya menjadi musuh bebuyutan dalam live action Rurouni Kenshin kembali dipertemukan sebagai partner. Di Festival Film Jepang 2015 Bakuman menjadi salah satu film terpopuler.

Bakuman ditujukan bagi para pecinta manga yang juga mengapresiasi proses pembuatannya. Sekedar informasi, Bakuman juga terinsipirasi dari real life yang dijalani oleh sang mangaka. Membuat sebuah manga yang diminati agar dimuat di Weekly Shonen Jump bukan perkara gampang. Apalagi untuk mangaka pendatang baru seperti Mashiro. Walaupun manga buatan mereka bagus bukan berarti lantas terbit begitu saja. Jika manga itu tidak populer, maka sang mangaka harus memutar otak membuat judul baru. Tidak populer bukan berarti karya mereka jelek, namun berarti pasar sulit menerima atau judul itu tidak bisa dibuatkan animenya. Di film ini juga diceritakan persaingan antara Mashiro dengan mangaka pendatang baru Eiji Nizuma yang tak kalah serunya.


Untungnya, film tidak melulu berisi jatuh bangun kerja keras Mashiro saja. Film ini juga dibumbui adegan komedi yang fresh. Misalnya ketika Mashiro dan Akito bertengkar masalah ide, mereka dibawa masuk ke dunia komik dan bertarung antar frame dengan menggunakan pena ajaib. Lucu dan orisinil idenya. Bakugan menonjolkan cerita yang dikemas sederhana, menarik, tidak ada karakter super hero dan tidak ada adegan action yang membuat tipis kantong produser. Ini semua yang membuat film ini sukses. Takeru Satoh mengaku dia sangat senang bekerja untuk sebuah film yang luar biasa, terlepas dari jumlah penontonnya. Bakugan menjadi live action tersukses kedua yang pernah dibintanginya setelah trilogi Rurouni Kenshin.

Sukses memang butuh pengorbanan dan tidak semudah saat kita membolak-balik halaman komik. Apakah sobat pecinta sejati manga? Atau justru ingin menjadi mangaka profesional? Silahkan menonton Bakuman. (Indoshotokan)